PETERONGAN - Menjuarai lomba Film Pendek dari tingkat Provinsi Jawa Timur sampai nasional nampaknya telah menjadi identitas MTsN 2 Jombang. Teranyar di awal 2024 lalu, dua kejuaraan Film Pendek telah sukses diraih.


Pertama MTsN 2 Jombang mencatatkan namanya sebagai peraih Juara I di lomba Film Pendek Provinsi Jawa Timur yang diselenggarakan oleh Polres Jombang. Kedua, pada kompetisi Film Pendek di level nasional yang dihelat oleh Telkom Jombang, MTsN 2 Jombang memperingkati Juara II.


Baca Juga : Jumlah Perpustakaan Umum di Indonesia Peringkat 6 se Asia Tenggara


Menariknya, pada kejuaraan Film Pendek tingkat Provinsi Jawa Timur, tema yang diangkat oleh tim sinematografi MTsN 2 Jombang ialah pendidikan anti bullying. Pembina Sinematografi MTsN 2 Jombang, Miftachur Rozak, S.Pd. menjabarkan, pemilihan tema memang menyesuaikan dengan realitas yang dihadapi dan dialami oleh peserta didik di lingkungannya. 


Judul Film Save Me Produksi MTsN 2 Jombang
(ist)

“Bullying itu kan menggejala. Terjadi, hampir di semua sekolah atau madrasah. Baik itu dalam bentuk verbal maupun fisik. Ketika ini dijadikan sebuah proses kreatif, maka korelasinya sudah tepat. Anak-anak tidak kesulitan mendalami dunia peran. Jadi, karakter, dan pesan anti bullying yang disampaikan dalam film ini lebih mengena,” ujar pria yang akrab disapa Pak Jek ini.


Selama dua minggu berproses untuk menghasilkan film pendek anti bullying berdurasi lima menit, berjudul Save Me, seluruh kru dan pemeran film dipilih sesuai minat serta bakat peserta didik di kelas VIII dan IX. Kendati jalannya cerita tidak banyak halangan karena banyak dilakukan improvisasi, namun tantangan terbesar ialah soal waktu pengerjaan film.


Diskusi Pembuatan Film
(Donny)

“Karena disini mayoritas peserta didik adalah santri dan santriwati, maka siasat pengerjaan juga melibatkan banyak guru. Terutama di bagian penyuntingan filmnya,” imbuh Miftachur Rozak.


Baca Juga : Perlukah Sejarah Pelanggaran HAM Diajarkan di Sekolah ?


Kepala MTsN 2 Jombang, Agustin Aminah, M.Pd.I. turut mengakui, minat peserta didiknya dalam dunia sinematografi begitu tinggi. Hal inipun telah selaras dengan pemberian fasilitas yang sudah diberikan oleh madrasah kepada peserta didik. 


Proses Pengambilan Adegan Bullying
(Donny)

Lebih detail, Agustin Aminah mengatakan, “Sudah menjadi kewajiban madrasah untuk selalu mendukung dan mengembangkan bakat minat anak-anak. Kemudian, apakah proses berhenti cukup hanya saat lomba saja ? tidak. Karena, film yang sudah diproduksi anak-anak turut kita jadikan sebagai media pembelajaran. Sehingga, anak-anak ini kita arahkan agar menerapkan proses kreatifnya di kehidupannya, termasuk di pesantren dan madrasah untuk anti terhadap bullying. Makanya, apresiasi dan motivasi ini perlu agar anak tidak mudah berpuas diri dalam belajar.” ■donny darmawan

Lebih baru Lebih lama