KUDU - Derasnya laju perkembangan teknologi digital modern saat ini, memang berdampak pada menurunnya kegemaran anak-anak untuk memainkan permainan tradisional.
Sebagai imbasnya, orang tua saat ini selalu berkeluh kesah ketika sudah sulit mengendalikan anak anak terlalu asyik menggesekkan ujung jarinya pada layar android mereka. Keriangan bermain bersama teman sebaya sudah tergantikan dengan kegemaran bermain dengan HP yang bisa mereka lakukan secara individu tanpa berinteraksi dengan anak anak lain.
Baca Juga : Bagaimana Wujud Budaya Positif SDN Wonomerto II Wonosalam ?
Meski demikian, permainan tradisional sebenarnya masih banyak digemari anak-anak. Tidak asing dipandangan mata kita, ketika menyusuri gang-gang kampung, dan dusun, sekerumunan anak anak yang masih asyik memainkan ‘dolanan tradisional’ untuk mengisi waktu senggang.
‘Kekean’ atau gasing, merupakan satu diantara keragaman dolanan tradisional yang masih bertahan dan diminati anak-anak.
Untuk melestarikan dolanan tradisional berupa ‘kekean’ ini, SDN Kepuhrejo I Kudu, pada kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (2/1) lalu, telah menginovasi sebuah kreasi tari yang bertema dolanan tradisional yaitu Tari Kekean.
Kekean yang Ditunjukkan oleh siswa-siswi.
(ist)
Menariknya, gerak tari dengan alunan musik gamelan ini diperagakan secara massal. Pementasan tari kekean secara massal ini memang ditujukan sebagai unjuk bakat dan minat siswa dalam hal seni.
Baca Juga : Sekolah Juga Tempat Belajar Wali Murid
Sekaligus, bagian dari aksi nyata sekolah untuk ikut serta
dan bertanggung jawab melestarikan dolanan tradisional melalui bentuk kreasi tari.
Makna Anteng, Mubeng, Ubet, dan Ulet
Ada pesan nilai dibalik permainan dolanan kekean ini, yang pertama antheng mubheng berputar pada tumpuan tanah, mengandung pesan bahwa manusia dalam memerankan posisi sebagai kholifah di bumi ini harus senantiasa berikhtiyar mencari/ mubheng mencari sesuatu untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Tidak hanya pada pencarian materi tapi juga ilmu pengetahuan, harus dicari dengan tekun dan tenang ‘antheng’ istiqomah.
Baca Juga : SMP Al-Furqon MQ Diwek Go Internasional !
Selanjutnya ‘ubet’ tali yang digunakan untuk memutar ‘kekean’ harus dari bahan yang ‘ulet’ kuat dan tidak mudah putus, ini mengandung pesan nilai, bahwa kuatnya niat untuk mencari jalan dalam meraih tujuan yang diharapkan.
Dibutuhkan niat
dan tekad yang kuat tidak mudah putus asa ketika menghadapai rupa ujian yang
jelas dan pasti akan dijumpai dalam meraih dan sampai pada tujuan itu.
Pelaksanaan Tari Kekean Masal.
(ist)
Begitulah para
pendahulu kita, begitu mahirnya menyampaikan pesan nilai melalui media dolanan tradisional yang masih bisa kita amati pada era modern saat ini.
Selain bermanfaat untuk menciptakan rasa riang gembira, 'kekean' dengan kesederhanannya mampu menjadi media perekat interaksi sosial yang menciptakan semangat untuk meciptakan tali saling asah asih dan asuh dalam kebersamaan yang menghiasi lingkungan yang beragam.
Penulis : Guru Pendidikan Agama Islam SDN Kepuhrejo I Kudu, Suhartono, S.Pd.
*Tulisan telah disunting oleh Redaksi Majalah Suara Pendidikan untuk penyesuaian sistematika penulisan, bahasa, dan ejaan yang sesuai standar jurnalistik.