GUDO - Mendidik anak untuk tidak melakukan bullying atau perundungan baik di lingkungan rumah maupun sekolah, memang tak semudah membalik telapak tangan. Diperlukan strategi komunikasi, hingga metode edukasi yang efektif pada anak, agar pengetahuan anti perundungan dapat diterapkan dalam kesehariannya.


Berangkat dari hal tersebut, SDN Japanan I Gudo telah menerapkan siasat yang menarik bagi peserta didiknya, untuk memahami dampak akibat perundungan. Pada (24/6/2024) lalu, sewaktu prosesi pelepasan peserta didik Kelas VI,  acara turut dimeriahkan dengan pentas Drama Anti Perundungan sekaligus pentas musik.


Baca Juga : SMP Al-Furqon Madrasatul Quran Tebuireng Go Internasional


Mengusung tema Bullying No, Sayangi Teman Yes pentas drama dibawakan oleh peserta didik Kelas V, dalam durasi selama 15 menit. Kepala SDN Japanan I Gudo, Deny Retnowati, S.Pd. menerangkan, pengangkatan isu perundungan dalam bentuk drama dan pentas musik ini memang mengacu pada hasil rapor pendidikan yang hasilnya masih minus dalam upaya pencegahan perundungan di sekolah.


Pembukaan Pentas.
(ist)

“Kita akui, memang hasil itu riil dari isian survei lingkungan belajar yang dikerjakan anak-anak saat ANBK. Sehingga, kami pun jadi berfikir bagaimana caranya agar anak-anak mudah memahami arti, jenis, dan dampak perundungan dengan cara belajar yang tidak konvensional, atau hanya disampaikan teori saja. Nah, akhirnya, bersama para guru, munculah ide untuk mementaskan drama ini. Mengapa ? ya karena ini juga sejalan dengan bangunan P5 dalam topik bangunlah jiwa raganya. Artinya, P5 pun luas. Tidak harus dan selalu di terapkan dalam bentuk barang,” terang Deny Retnowati.


Baca Juga : Sekolah Juga Tempat Belajar Untuk Wali Murid


Disinggung ihwal persiapan pementasan mulai penulisan naskah, sampai pemilihan pemain, dan teknis lainnya, Guru PAI SDN Japanan I Gudo, Ghunniyatul Karimah, M.Pd. selaku koordinator pentas drama, menjabarkan, kesiapan pementasan memakan waktu ± 2 bulan lamanya. Dimulai dari latihan saban satu minggu sekali saat pelajaran seni, anak-anak dikenalkan dengan teknik ekspresi, intonasi, hingga penokohan mulai dasar.


Praktik Drama Anti Bullying.
(ist)

“Awalnya memang tidak mudah ya. Karena bagi anak-anak drama seperti ini masih baru bagi mereka. Apalagi teknik berekspresi, sekalipun sudah kita pilih sesuai karakter si anak, tapi terkadang mood yang berubah membuat mereka bisan dan jenuh. Tetapi dengan ketlatenan, akhirnya anak-anak bisa. Justru, saat pentas hasilnya diluar ekspetasi. Karena mereka mampu menjiwai peran masing-masing. Jadi, dengan pentas seperti ini, akhirnya anak-anak lebih paham tentang dampak perundungan,” tegas Ghunniyatul Karimah.


Baca Juga : Linmas Indah Program Unggulan SDN Kudubanjar II Kudu


Deny Retnowati pun membenarkan, dengan keterlibatan anak secara langsung, seperti bermain peran dalam drama ini, pembelajaran memang lebih bermakna. Sebab, anak memahami nilai dan pendidikan karakter yang ada di dalamnya. Selain itu pula, gotong-royong antar guru turut terbangun demi pembelajaran yang bermakna dan berkualitas. ■donny darmawan

Lebih baru Lebih lama