PLOSO - Keberagamaan ras, suku, dan agama di Indonesia merupakan suatu kasunyatan sosial dan budaya yang bisa dibingkai untuk menjadi bahan pembelajaran bagi siswa-siswi. Terkhusus pendidikan karakter.

Di salah satu sekolah bersejarah yang terletak di sisi Utara Sungai Brantas, dimana dulunya Sang Putra Fajar yakni Bung Karno pernah turut mengenyam pendidikan jenjang dasar, keragaman turut dibina sebagai dasar pendidikan karakter.

Ya, di SDN Ploso yang saat ini memiliki 152 siswa-siswi, sekitar 11 % diantaranya merupakan siswa-siswi beragama Nasrani. Bagi Kepala SDN Ploso, Titik Rofidah, S.Pd. hal tersebut bukan suatu hambatan untuk menggelorakan pendidikan karakter yang disandarkan pada keragaman yang ada.


Yuk Baca : Gimana Sih Kesiapan Sekolah Rakyat Gagasan Kemensos Itu ?


“Sejak tiga tahun lalu, kami memilih memfokuskan pendidikan karakter sebagai fondasi pendidikan anak-anak di sini. Implementasinya, mulai pembiasaan keagamaan mulai dari Salat Dhuha, sampai Hafalan Surah Pendek Alquran. Keduanya juga turut kami pantau pelaksanaannya di rumah dengan melibatkan peran orangtua. Jadi, lewat grup WhatsApp tiap wali kelas dan orangtua wajib mengisi absensi ibadah di rumah. Jika anak-anak tertib melaksanakannya, maka ada reward dari guru. Sebaliknya, jika ada kendala, maka ada evaluasi dan dorongan motivasi dari guru dan orangtua,” terang Titik Rofidah.


Keceriaan Siswa-Siswi SDN Ploso.
(ist)

Titik Rofidah melanjutkan, selain kegiatan keagamaan tersebut, ada juga kegiatan infaq yang tanpa nominal dan paksaan, telah rutin dilaksanakan tiap jumat.


 “Untuk infaq ini, memang kami tanamkan agar anak-anak memiliki jiwa sosial dengan gemar bersedekah. Karena infaq ini bukan untuk sekolah. Tapi kembali lagi kami peruntukkan bagi anak-anak jika ada yang sakit, membutuhkan bantuan, dan sejenisnya,” imbuh Titik Rofidah.


Yuk Baca : Ayo Segera Cek PIP 2025 !


Ditanyai lebih lanjut, perihal pembingkaian keberagamannya, Titik Rofidah menjelaskan, bahwa dari 11% atau rinciannya 10 siswa-siswinya yang beragama Nasrani, tetap mendapatkan pembiasaan dan pendidikan keagamaan seperti halnya yang diterapkan di pendidikan agama Islam.


Pembiasaan Keagamaan SDN Ploso.
(ist)

 “Jadi, meskipun ibadahnya berbeda. Tapi anak-anak kita pahamkan bahwa kita sama-sama mahkluk yang bertuhan. Dan juga bersosial. Oleh karenanya dengan adanya infaq tadi, anak-anak paham bahwa keberagamaan bukan menjadi masalah di pergaulannya,” ujar Titik Rofidah.


Yuk Baca : Jumat Literasi Jadi Andalan Program SDN Pulogedang II Tembelang


Lebih lanjut, Guru Kelas 3 SDN Ploso, Indah Rahmawati, S.Pd. mengungkapkan, dukungan pembentukan karakter terhadap anak, juga dilandasi dengan pendidikan orangtua lewat kegiatan parenting.


Perbekalan Siswa-Siswi SDN Ploso.
(ist)

“Kami di SDN Ploso bersama orangtua siswa-siswi sudah dua kali menyelenggarakan parenting. Untuk yang pertama, hasil dari parentingnya adalah, orangtua lebih paham perannya sebagai motor utama pendidikan bagi anaknya. Kemudian di parenting kedua, orangtua ditekankan  harus menjadi suri tauladan bagi anak. Karena apa yang dilakukan dan diucapkan orangtua di rumah, tanpa disadari akan berimbas perkembangan si anak. Oleh karenanya pendidikan karakter, juga harus dibarengi sinergi pemahaman dan peran orangtua dalam mendidikan anak dirumah,” tegas Indah Rahmawati. ❏ donny

Lebih baru Lebih lama