JOMBANG - Om Jay. Begitu sapaan yang telah melekat pada diri Zaenal Faudin. Bagi beberapa pegiat literasi, sastra, seni, dan kebudayaan, di telatah Kebo Kicak, khususnya di wilayah Mojoagung, tentu Zaenal Faudin tak hanya dikenal sebagai pria yang suka menulis esai maupun cerpen.
Lebih dari itu, sosok Zaenal Faudin juga telah identik dengan barang-barang jadul. Khususnya kaset pita dan majalah.
Yuk Baca : Jalan Sunyi Literasi Lewat Secangkir Kopi
Ditemui Majalah Suara Pendidikan pada (6/12/2024) lalu, Zaenal Faudin berkisah, awal mula ketertarikannya pada dunia musik dan kaset pita bermula sejak duduk di bangku SMP.
“Awal
ingin mengkoleksi kaset pita ini berkat sepupu yang dulu memang sudah banyak
koleksinya, terutama kaset-kaset The Beatles. Ya akhirnya di tahun 1996 saat
masih SMP, untuk pertama kalinya saya beli kaset. Lalu keterusan hingga
sekarang,” tutur Zaenal Faudin.
Lalu
bagaimana cara dan metode mendapat dan merawat kaset pita ini ?
Yuk Baca : Sepucuk Surat Dari Mamak
Zaenal
Faudin melanjutkan, untuk menambah koleksi kaset pita buruannya, mayoritas
didapatkan dari berburu di forum marketplace dan pasar loakan. Di dua ruang jual
beli inilah, akhirnya Zaenal Faudin berhasil mengkoleksi 700 kaset pita.
“Sejak jaman sekolah aktivitas mengkoleksi kaset pita saya lakukan sampai tahun 2015. Kemudian baru 2016 saya lanjutkan kembali,” ungkap Zaenal Faudin.
Dari Hobi,
Koleksi, sampai Investasi
Dari 700 koleksi kaset pitanya yang terhitung, Zaenal Faudin tak lantas mendiamkannya. Guna membuat tumpukan dan deretan kaset-kasetnya selalu “hidup”, bapak dua orang anak ini lalu membuat ruang dengar yang dinamai Mundhut Lagu.
“Mundhut Lagu saya dirikan dua tahun silam. Dan di sinilah 700 koleksi kaset pita saya berada. Kebanyakan memang dari genre Musik Klasik. Koleksi Musik Klasik ada 100 buah kaset, dan Jazz ada 80 buah kaset. Selebihnya pop, rock, blues, dangdut, dan keroncong,” ungkap Zaenal Faudin.
Yuk Baca : Bagaimana Peran Pendidikan Dalam Pelestarian Lingkungan Saat Ini ?
Berdiri dan memiliki luas 200 meter persegi, Mundhut Lagu memang menawarkan konsep tempat tongkrongan dengan nuansa nostalgia yang kental lewat seperangkat audio-visual. Terbilang, ada 10 pemutar dengan ampli pre-amp yang masih bisa diperdengarkan para pengunjung.
“Seluruhnya juga saya dapat dari forum marketplace, dan semua jenis player ini tergolong vintage Jepang,” imbuh Zaenal Faudin.
Menariknya, konsep ruang dengar di Mundhut Lagu juga dilengkapi dengan arsip literasi musik, dalam koleksi Majalah Aktuil dan majalah pop jadul yang terbit di rentang periode 1950-1980an.
“Kurang lebih di loakan dulu saya dapat koleksi arsip literasi musik ini sebanyak 40 kilogram. Dimulai juga dari Majalah Aktuil terbitan pertama dan Majalah Diskorina sekitar tahun 1960-an,” ungkap Zaenal Faudin.
Majalah Aktuil Koleksi Mundhut
Lagu
(Donny)
Terakhir,
disinggung mengenai motivasi pendirian Mundhut
Lagu ini, Zaenal Faudin mengakui bahwa awalnya memang ingin memiliki ruang
dengar, pengarsipan koleksi kaset pitanya secara umum dan dalam kemasan tempat cangkruk yang mana pengunjung bisa
memilih, memutar koleksi kaset pita dari Mundhut
Lagu, maupun membawa sendiri koleksi pribadi.
Yuk Baca : Memoles Bintang Dari Lapangan Hijau
“Ya
memang awalnya untuk mewadahi teman-teman kongkow-kongkow. Tapi berangsur,
seluruh koleksi di Mundhut Lagu ini
juga bisa menjadi ladang investasi. Sebab dari pembelian dan biaya perawatan
pemutar serta amplinya nilainya untuk saat ini sudah di atas Rp 5 juta rupiah.
Jadi ya bisa dikatakan lahirnya Mundhut
Lagu ini, diawali dari hobi, koleksi, lalu jadi investasi,” tandas Zaenal
Faudin.
Salah Satu Rak Koleksi Mundhut
Lagu
(Donny)
Tertarik
bernostalgia di Mundhut Lagu ?
silahkan mampir. Alamatnya berada di Jln. Subontoro Timur, Mojotrisno,
Mojoagung. Atau tepatnya, Puskesmas Mojoagung ke selatan, lurus masuk gang ±
100 meter. Selamat Bernostalgia. ❏ donny
darmawan