PLOSO - Pembelajaran merupakan proses interaksi murid dengan guru , murid dengan murid lainya, juga interaksi dengan lingkungan yang menjadi sumber belajar. Pembelajaran juga terjadi proses mengubah murid menjadi lebih baik.
Perubahan yang diharapkan terjadi pada diri murid meliputi perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ini berarti bahwa murid dikatakan telah belajar apabila terjadi perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam dirinya. Tanpa adanya perubahan, pembelajaran tidak berarti apa-apa.
Baca Juga : Semua Murid Semua Guru
Faktanya, banyak dari sebagian guru masih beranggapan yang penting mengajar. Perkara murid bisa atau tidak, sudah menjadi persoalan lain. Asalkan guru sudah melaksanakan tugas dan gugur kewajiban. Hal ini masih ditambah dengan statement bahwa pembelajaran dimaknai sebatas “penyampaian” materi di dalam kelas.
Penulis Berdikusi dengan Beberapa Pendidik (ist) |
Setelah materi tersampaikan tak ada tindak lanjut untuk mengetahui apakah dalam diri murid telah terjadi perubahan atau sebaliknya. Artinya, masih banyak guru yang hanya mengejar target tersampaikannya seluruh materi pelajaran yang dituntut dalam kurikulum, tanpa memperhatikan ketercapaian maksud pembelajaran itu sendiri.
Tentu, cara mengajar seperti ini tidak memiliki makna bagi murid. Lantas ? ya, mindset inilah yang ingin kami benahi melalui peran pengawas dalam tugas pendampingan di tiap satuan pendidikan.
Baca Juga : 5 Taktik Peningkatan Kompetensi Guru di SDN Janti Mojoagung
Tujuh Tahapan Menciptakan Pembelajaran Bermakna
Pembelajaran akan bermakna bagi murid apabila guru di sekolah melakukan langkah-langkah praktis dalam setiap proses pembelajaran. Langkah yang dimaksud meliputi hal-hal berikut ini.
Pertama, guru hendaknya membuat kesepakatan dengan murid sebelum pembelajaran dimulai. Hal ini penting karena kesepakatan kelas merupakan aturan atau norma yang dibuat oleh guru dan murid untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, aman, nyaman. Serta dan menyenangkan.
Kedua, menentukan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran atau tujuan pembelajaran ini disusun sesuai dengan kondisi peserta didik, muatan kurikulum, dan kebutuhan untuk menyiapkan masa depan peserta didik. Tujuan pembelajaran ini dirumuskan secara realistis dan mudah diukur, sekaligus menjadi target pembelajaran. Serta tidak hanya sekedar memenuhi syarat administratif. Oleh sebab itu, guru mesti paham betul dengan tujuan yang dirumuskan sebelum pembelajaran dilaksanakan supaya bahan ajar mencapai target idealnya.
Baca Juga : Perjuangan Menggapai Impian
Ketiga, pembelajaran dilakukan secara kontekstual. Artinya, pencapaian tujuan pembelajaran harus sesuai dengan konteks di mana murid berada, apa yang dibutuhkan mereka, dan memperhatikan jangkauan daya pikir mereka. Pembelajaran seperti ini selain memberikan makna bagi murid juga memantik mereka bersemangat untuk terlibat dalam pembelajaran. Jika murid menganggap bahwa apa yang dipelajari sesuai dengan kebutuhannya, sesuai dengan pola pikirnya, dan sesuai dengan kondisi psikologis mereka, maka murid akan tertarik dan bersemangat untuk belajar.
FGD Penulis Bersama Beberapa Pendidik (ist) |
Keempat, kaitkan dengan nilai-nilai hidup. Pembelajaran akan bermakna apabila dikaitkan dengan nilai-nilai hidup, baik nilai-nilai hidup yang diambil dari agama maupun dari budaya daerah. Salah satu hakikat pembelajaran adalah transfer of value ‘meneruskan nilai-nilai hidup’ dalam masyarakat. Maka disini saya tegaskan bahwa, suatu pembelajaran tidak akan bermakna apabila tidak menanamkan nilai-nilai hidup. Oleh sebab itu, setiap pembelajaran, apa pun materinya, hendaknya dikaitkan dengan nilai-nilai hidup yang dianut dalam masyarakat tersebut dalam penerapan konteks upaya menumbuhkan sikap dan karakter Pelajar Pancasila.
Kelima, pilih materi esensial. Untuk memberikan makna dalam pembelajaran, mustahil semua materi pembelajaran disajikan dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karenanya, guru hendaknya dapat memilih materi esensial dalam setiap pembelajaran. Berdasarkan materi esensial inilah guru membelajarkan murid secara tuntas. Melalui cara ini, guru lebih leluasa melangsungkan proses pembelajaran dan berimprovisasi menggunakan berbagai media, strategi maupun metode, sehingga pembelajaran menarik dan menghasilkan makna bagi murid.
Baca Juga : Berkarya Lalu Berdampak Ala SDN Wonomerto II Wonosalam
Keenam, libatkan emosi murid dalam pembelajaran. Emosi yang dimaksud adalah perasaan mereka. Guru harus pandai membawa murid hanyut perasaanya dalam situasi pembelajaran. Jika situasi pembelajaran menuntut murid untuk bersedih, guru hendaknya mampu membawa suasana sedih dalam kelas. Jika situasi pembelajaran menuntut murid untuk empati, pantik emosi mereka untuk empati. Jika situasi pembelajaran menuntut murid untuk marah terhadap suatu keadaan, maka guru harus pandai membawa murid pada situasi marah, dan seterusnya. Singkatnya, pembelajaran yang melibatkan emosi murid akan melahirkan kesan pembelajaran mendalam. Sebab emosi murid terlibat secara langsung dalam pengalaman belajarnya. Untuk mencapai langkah ini, guru harus pandai bermain peran dan pandai menciptakan iklim pembelajaran yang mendorong murid terlibat emosinya.
Ketujuh, beri kesempatan yang luas kepada murid untuk mengekspresikan hasil belajarnya. Salah satu indikator pembelajaran yang bermakna dalam diri murid ialah apabila mereka diberi kesempatan yang luas untuk mengekspresikan hasil belajarnya dalam kehidupan. Khususnya di lingkungan sekolah. Tugas guru di sini wajib, memfasilitasi dan membimbing murid untuk mengekspresikan atau mempraktikkan hasil belajarnya dalam kehidupan nyata melalui kegiatan-kegiatan di sekolah atau kegiatan di masyarakat. Melalui cara ini, murid akan merasakan arti dan pentingnya belajar untuk menyiapkan hidup di masyarakat. Apabila tujuh langkah tersebut di atas diterapkan oleh guru dalam pembelajaran, maka pembelajaran akan terasa maknanya. Inilah sebenarnya ending goal / tujuan akhir yang diharapkan dari setiap kegiatan pembelajaran, apa pun mata pelajarannya. Sehingga makna belajar dapat meluas dan menciptakan perubahan yang bermakna.
Penulis : Siti Juwariah, M.MPd. Pengawas dan Koordinator Wilayah Pendidikan SD Kecamatan Ploso
*Tulisan telah di sunting oleh Redaksi Majalah Suara Pendidikan untuk penyesuaian bahasa dan sistematika penulisan.