JOMBANG - Buku. Oleh sebagian banyak orang, nilai dan fungsinya masih sebatas pereda rasa dahaga terhadap informasi, ilmu, maupun pengetahuan. Tetapi disisi lainnya, juga jamak yang menempatkan keberadaan buku beserta isinya tak hanya sebagai pengisi pengetahuan.
Baca Juga : Pendidikan Inklusif Harus Merdeka dan Setara
Jombang Kolektif, sebagai salah satu kelompok
pegiat literasi di Telatah Kebo Kicak telah menerapkan hal tersebut. Bagi
Jombang Kolektif buku merupakan pondasi penting dalam rangka membangun gerakan
sosial dalam skala terkecil.
Baca Juga : Ormas Keagamaan Menambang, Siapa yang Diuntungkan ?
Seperti apa ? Imron Hamid Ubaidillah Koordinator Jombang Kolektif menjelaskan, prinsip gerakan yang diusung oleh Jombang Kolektif memang berangkat dari pengejawentahan dunia literasi.
Lapak Baca oleh Jombang Kolektif. (ist) |
“Sejak terbentuk di tahun 2021, background anak-anak Jombang Kolektif pada dasarnya senang baca, diskusi, nobar film, bikin tulisan pendek. Dan, biasanya masih gelar lapakan baca buku gratis atau perpustakaan jalanan di Kebon Rojo dan Alon-Alon,” ujar Imron Hamid Ubaidillah.
Baca Juga : Kenapa Kurikulum Pendidikan Bergonta-Ganti ?
Kata
gratis tentu menjadi menarik disini.
Pun, ketika disinggung perihal maksud dan tujuannya, Ipung menambahkan
bahwasannya, Jombang Kolektif memang bukan sebuah organisasi profit, atau LSM.
Tetapi lebih pada bentuk komunitas literasi yang fokus pada isu sosial.
Persiapan Pasar Solidaritas Rakyat. (ist) |
“Jadi
selama ini kegiatan kami memang murni untuk gerakan sosial. Baik itu kegiatan
literasi untuk solidaritas pada korban konflik agraria, maupun kelompok rentan
lainnya. Semua dananya berasal dari swadaya kawan-kawan yang memang memiliki
kesamaan visi dan misi dalam membangun solidaritas sosial melalui literasi,”
imbuh Imron Hamid Ubaidillah.
Berkembang ke Pasar Solidaritas Rakyat
Gerakan yang diinisiasi oleh Jombang Kolektif di Kota Santri ini sendiri terbilang khas. Sebab, tak banyak dari kelompok pegiat literasi yang memuat isu sosial, baik dalam ranah wacana maupun praktiknya. Untuk praktiknya, Jombang Kolektif telah menginisiasi sebuah wadah bernama Pasar Solidaritas Rakyat (PSR).
Para Warga di PSR. (ist) |
“PSR ini jadi respon Jombang Kolektif sekaligus penyikapan terhadap kondisi sosial maupun politik yang ada bersamaan. Adanya Sebagai contoh, dalam beberapa momen kami berjerjaring dengan kawan-kawan pegiat literasi antar daerah juga menguatkan isu lingkungan, agraria. Jadi ada makanan, bahan pangan, pakaian layak, ini semua bukan untuk dijual. Tetapi sebuah simbol, penguatan solidaritas, kepedulian antar sesama, dan juga mengurangi budaya konsumerisme yang berdampak negatif pada kondisi lingkungan. Mau ada yang ambil sesuai kebutuhan maupun mengisinya, monggo dengan senang hati,” tandas Penanggung Jawab PSR Jombang Kolektif, Aldi Wahyu. ■donny darmawan