TEMBELANG - Awal bergabung di keluarga besar SDN Tembelang, saya mengamati berbagai potensi,  kelemahan, hambatan dan peluang sekolah. Interaksi saya lakukan secara intens dengan pendidik, tenaga pendidik, peserta didik, hingga wali murid. Hal yang menarik bagi saya adalah, ternyata ada potensi yang sangat baik di lingkungan peserta didik dalam bidang keagamaan.


Baca Juga : Menumbuhkan Minat Literasi Siswa Lewat Canva


Yakni Seni Banjari dan Tartil Al Qur’an. Melalui modal talenta suara dan seni menabuh alat banjari yang sangat bagus, saya akhirnya tergerak untuk menguatkan pembiasaan diniyah dan moral peserta didik. Apa yang membuat saya termotivasi membangun karakter peserta didik ? Tiada lain tiada bukan ialah pemikiran Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara.


Dalam sejarah, beliau tegas mengkritik sistem pendidikan kebaratan (berkiblat ke Eropa Barat dan Amerika Serikat) dimana sekolah lebih mengutamakan kenalaran/pendidikan intelektual/pendidikan fikiran dari pada adab.


Ekstrakurikuler Al Banjari
(ist)

Dalam pandangan Ki Hajar Dewantara, sistem pendidikan semacam itu hanya melahirkan jiwa kenalaran sehingga intelektual-lah atau akal pikiran yang berkuasa dalam jiwa manusia. Sedangkan jiwa seutuhnya manusia yakni ‘akal budi’ terdesak kebelakang (tidak menjadi prioritas). Sistem pendidikan seperti ini pula akan melahirkan dua tabiat manusia yaitu egoisme dan materialisme. Peserta didik akan lebih mementingkan diri sendiri diatas kepentingan hidup bersama dan meninggalkan hidup kebatinan seperti agama, kesucian dan sebagainya. 


Sejalan itu pula, pada tahun 2022 lalu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI, Nadiem Makarim menyampaikan tiga dosa besar pendidikan. Diantaranya kekerasan seksual, perundungan/kekerasan dan intoleransi. 


Baca Juga : 5 Taktik Peningkatan Kompetensi Guru di SDN Janti Mojoagung


Munculnya fenomena tiga dosa besar dunia pendidikan di Indonesia semata disebabkan karena sistem pendidikan masih belum merdeka,  sekolah lebih mengutamakan pendidikan intelektual atau “akal pikiran” dan kurang atau bahkan mengabaikan pendidikan “akal budi” peserta didik (adab dan akhlaq). Maka, saatnya kita mengikuti pandangan Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan adab sangat penting dan mendesak untuk diajarkan secara serius kepada peserta didik.


Praktik Salat Berjamaah
(ist)


Menurut Ki Hajar Dewantara, adab itu adalah sifat ketertiban (tertata) di dalam kehidupan manusia, baik lahir dan batin. Sehingga, hidup manusia itu terlihat berbeda dengan hidup mahluk-mahluk lainnya. Ilmu adab atau etika adalah ilmu yang mempelajari segala soal kebaikan (dan keburukan) didalam hidup manusia seumumnya, khususnya mengenai gerak gerik fikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai mengenai tujuan hidupnya yang mendorong dilakukannya perbuatan. 


Baca Juga : Pendidikan Inklusif Harus Merdeka dan Setara


Sebagaimana Teolog Jurist Stahl, mengatakan “Das Gute its gut, sei nur darum wahr, weil die Urquelle des Guten zugleich die Allmacht besitzt.Artinya, apa yang baik itu baik, dan hanya baik karena sumber dari segala kebaikan itupun mengandung sifat daripada yang Maha Kuasa. Untuk itu, pendidikan agama yang mengajarkan tentang mengenal Tuhan, kebenaran, kebaikan, kesucian dan perintah mencegah kerusakan akal pikiran dan moral harus diimplementasikan serius, fokus, dan kontinyu (istiqamah) untuk diajarkan kepada peserta didik.


Penulis
(ist)

Dalam hal ini, pada bulan Desember 2023 lalu, saya bersama dengan Guru Pendidikan Agama Islam, Mulok Keagamaan dan Diniyah membuat program peningkatan mutu kegiatan keagamaan mulai dari pembiasaan sholat dhuha, tadarus Al Qur’an, tahsin (perbaikan bacaan) Al Qur’an melalui kegiatan TPQ. Kemudian jugam hafalan Al Qur’an, pembiasan cium tangan guru, peringatan hari besar Islam hingga pembinaan untuk mengikuti perlombaan berbasis agama. 


Baca Juga : ChatGPT Cepat Tak Selalu Tepat


Serangkaian program tersebut, serius kami jalankan. Hasilnya, Pada bulan Januari 2024 ada peserta didik yang mengikuti munaqosyah dan lulus dengan mendapatkan sertifikat dari kabupaten. Selain itu, di Grup Banjari juga banyak mengikuti kegiatan di desa maupun lomba yang diselenggarakan oleh sekolah pada jenjang SMP/MTs, lomba kecamatan yang ada di sekitar sekolah kami. 


Kegiatan Keagamaan
(ist)

Terakhir, lewat pembiasaan Baca Tulis Alquran, peserta didik pun semakin banyak mendapatkan ilmu tartil Al-Qur’an dan sudah mulai banyak yang hafal juz 30. Seluruhnya, memang terlihat sederhana tetapi luar biasa perubahan akhlak dan adab peserta didik kami secara berkepanjangan.

 

Penulis : Endah Insiyah, S.PD.SD. (Kepala Sekolah SDN Tembelang)

 

*Tulisan telah disunting untuk penyesuaian sistematika penulisan oleh Redaksi Majalah Suara Pendidikan 


Lebih baru Lebih lama