JOMBANG - Hilal Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tahun Pelajaran 2025-2026 perlahan sudah mulai nampak. Kini, hampir seluruh sekolah, khususnya di jenjang dasar sudah mulai merancang strategi untuk memikat hati masyarakat.
Dikeluarkannya strategi tersebut memang cukup beralasan. Sebab di pendidikan jenjang dasar, persoalan pendidikan masih berdasar pilihan orang tua. Sehingga dalam hal ini, mau tidak mau, baik kepala sekolah maupun guru mesti mengeluarkan jurus terbaiknya agar orang tua berminat menyekolahkan buah hatinya di sekolahnya.
Tentu, bagi orang tua hari ini memilih sekolah juga tak semudah membalik telapak tangan. Banyak variabel, dan kriteria sekolah yang menjadikan proses pemilihan sekolah ibarat memilih investasi jangka panjang bagi sang buah hati.
Rapat Wali Murid SDN Karangan II Bareng
(ist)
Sebagaimana dalam laporan Tim CNN Indonesia yang berjudul Anak Mau Sekolah, Orang Tua yang Dilema yang ditulis pada saat PPDB Tapel 2020-2021 lalu, menyebutkan, terdapat beberapa hal yang menyebabkan dilemanya orangtua saat hendak menyekolahkan anaknya. Diantaranya, biaya, transportasi, kurikulum, sarana prasarana, serta metode pembelajaran.
Menariknya lagi, sebagian besar responden yang dimintai polling pendapat Tim CNN Indonesia, sebanyak 35 % diantaranya menjadikan kurikulum sebagai pertimbangan utama dalam memilih sekolah. Lalu, 23 % memilih sekolah berbasis agama.
Yuk Baca : Sex Education Bukanlah Hal yang Tabu Bagi Sekolah
Selanjutnya, 22 % memilih menimbang segi sarana prasana. Terakhir, 20 % sisanya memilih faktor biaya sebagai penentu utama dalam memilihkan sekolah bagi buah hatinya. Merunut dari variabel ini, Redaksi Majalah Suara Pendidikan pun turut menelusuri bagaimana trend orangtua di Kota Seribu Santri ini dalam memilihkan sekolah untuk putra-putrinya.
Jumat (27/12/2024) lalu, Kepala Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar, Bidang Pembinaan Ketenagaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Jombang, Heri Mujiono, M.Pd. menjabarkan, secara umum kondisi pendidikan jenjang dasar dengan minat orangtua dalam menyekolahkan anaknya memang memiliki keterkaitan yang kuat.
Akan tetapi, seiring perkembangan waktu, dinamika di dunia pendidikan turut mempengaruhi pemahaman dan pilihan orangtua terhadap model sekolah yang diinginkan.
“Memang banyak faktor ya, yang membuat orangtua sekarang makin selektif dalam memilih sekolahan bagi anaknya. Selain faktor umum, biaya, dan sarana prasarana, ada juga pertimbangan lain yang sudah bisa dipahami masyarakat secara luas, yaitu kurangnya tenaga pendidikan dan kependidikan, terutama di SD negeri. Berdasarkan catatan kami di lapangan, orangtua saat ini memahami bahwa kurangnya tenaga pengajar, membawa mindset anaknya akan “terlantar” di sekolah. Atau dalam kata lain tidak mendapat pengajaran,” ujar Heri Mujiono.
Disinggung mengenai kekurangan tenaga pendidik dan kependidikan yang ada, pria yang pernah menjabat sebagai Kepala SDN Kepanjen II Jombang ini menyebutkan, bahwa dari jenjang TK, SD, dan SMP, sudah ada kekosongan 320 guru.
“Berdasarkan jumlah tersebut, rinciannya 200 akan seleksi PPPK dan 120 lainnya di upayakan ASN. Kedua cara ini menjadi solusi untuk penyesuaian distribusi dengan anggaran tunjangan dan gaji dari negara. Tak cukup disini saja, upaya yang ditempuh pemerintah guna meningkatkan kompetensi para guru juga dilewatkan program PPG Dalam Jabatan. Sehingga dari kuantitas dan kualitas pelayanan pendidikan diupayakan maksimal,” imbuh Heri Mujiono.
![]() |
Heri Mujiono. (Donny) |
Lantas, apakah persoalan peminatan orangtua terhadap sekolah dasar, hanya selesai pada perkara kuantitas dan kualitas gurunya ?.
Heri Mujiono pun menjawab dengan tegas, keduanya belum cukup untuk mendongkrak minat orangtua siswa ke sekolah negeri khususnya. Sebab, khusus di jenjang SD, yang sudah dijalani, dan dicermatinya, penarikan minat orangtua ke sekolah tidak hanya sebatas pada aspek entertaiment semata.
Yuk Baca : Pelestarian Lingkungan Tugas Siapa Saja ?
Jumlah Siswa Siswi yang Terus Berkurang dan Tantangan Para
Guru
Tak dapat dimungkiri bahwa tantangan dunia pendidikan kian hari kian kompleks. Selain yang sudah dijabarkan oleh Heri Mujiono perihal penyamaan pemahaman pendidikan di lingkup guru dan orangtua, tantangan lain yang tak kalah beratnya ialah, terus menurunnya serapan siswa-siswi yang masuk di SD.
Tercatat, dari seluruh SD di Telatah Kebo Kicak yang
berjumlah 522 sekolah, dan terinci dari 474 SD negeri dan 48 SD swasta, menurut
Operator Dapodik Disdikbud Kabupaten Jombang, Hadi Suprayitno, setiap
semesternya selalu terjadi penurunan penerimaan siswa-siswi baru.
Yuk Baca : Kelestarian Lingkungan Juga Tanggungjawab Dunia Pendidikan
“Sebagai contoh dalam dapokemdikbud.go. untuk data jumlah siswa-siswi SD di Kabupaten
Jombang pada tahun ajaran 2023-2024 tercatat berjumlah, 69.335. Kemudian, di
tahun ajaran 2024-2025 jumlahnya menurun menjadi 68.072. Jika keduanya dihitung
selisihnya secara rinci, maka dalam kurun dua tahun ini, jumlah penurunan
siswa-siswi SD di Kabupaten Jombang berkisar di angka 1.263 siswa-siswi,”
ungkap Hadi Suprayitno.
Kegiatan Gelar Karya di SMP Ruhul Jadid Jombang
(Donny)
Ditanyai perihal penyebabnya, pria berkacamata ini hanya menjawab kemungkinan sebabnya tak lain, berdasarkan angka kelahiran dari Keluarga Berencana.
Sementara itu, mengutip dari laporan BBC News Indonesia yang dipublikasi pada
17 Juli 2024 lalu, dengan judul Orang Tua
Lebih Memilih Sekolah Dasar Swasta, Pengamat Anggap Peringatan Untuk Sekolah
Negeri, Pengamat Pendidikan dari Universitas Paramadina, Totok Amin
Soefijanto, Ed.D berpendapat, pilihan orangtua terhadap sekolah swasta maupun
negeri sebenarnya tidak menjadi masalah. Asalkan sama-sama memiliki mutu dan
kualitas yang sama dalam mendidik anak bangsa.
Yuk Baca : Apa Itu Javanesse Style di SMP Harapan Kesamben ?
“Masyarakat kita sekarang memang lebih kritis dalam menilai sesuatu, termasuk dunia pendidikan. Jadi ini tantangan bagi para guru untuk tanggap dan cakap di era yang serba cepat saat ini. Ambil contoh, sekarang di gawai banyak gambar dan video kekerasan, judi online yang begitu vulgar. Nah dari sini, kita membutuhkan guru yang sigap dan cerdas terhadap perubahan seperti ini,” kata Totok Amin Soefijanto.
Masih dari sumber yang sama, Senza, seorang Peneliti dari Lembaga Pendidikan Inovasi untuk Anak Indonesia (INOVASI), mengemukakan, terkait berkurangnya siswa sisw sekolah negeri dan ada kecenderungan orangtua menyekolahkan anaknya ke sekolah swasta dengan anggapan lebih baik mutunya, maka ini harus diselesaikan pemerintah.
Orangtua Mendampingi Anak Menyaksikan
Gelar Karya
(Donny)
“Sebenarnya juga masih banyak sekolah negeri yang terjaga mutunya. Di sini kita hanya perlu menekankan dan memahami bahwa pendidikan itu milik publik. Siapa saja boleh mengakesnya tanpa terkecuali. Ketika misalnya, sekolah negeri dirasa belum maksimal mutu dan pelayanannya, maka kita bisa menuntut perbaikan,” tandas Senza. •donny darmawan