JOMBANG - Kota Santri sebagai salah satu kabupaten yang menghadapi pelbagai tantangan lingkungan karena bentang alamnya yang cukup beragam. Meliputi pegunungan, hutan, area perkebunan, lahan pertanian beserta daerah aliran sungai dan irigasinya serta termasuk daerah industri yang eksistensinya juga memengaruhi pelestarian lingkungan.


Oleh karenanya, berbicara terkait upaya melestarikan lingkungan di suatu daerah, tentu tak dapat dipisahkan dengan dunia pendidikan yang dinilai penting. Peran bersama pemerintah, satuan pendidikan, komunitas, dan masyarakat umum tentu sangat relevan untuk mewujudkan pendidikan yang berprinsip ekologis.


Yuk Baca : Masihkah Relevan Belajar dengan Buku Cetak ?


Saat Era Kurikulum Merdeka pendidikan kelestarian lingkungan telah diakui sebagai salah satu aspek penting dalam membentuk kesadaran dan tanggung jawab lingkungan di kalangan generasi muda. Terutama dalam mengedukasi siswa-siswi untuk memahami pola dan gejala isu-isu lingkungan global seperti perubahan iklim, sampai bentuk pola hidup berkelanjutan yang ramah lingkungan.


Polisi Air SMP Negeri 1 Wonosalam.
(ist)

Terlepas dengan program Adiwiyata yang terlebih dahulu diimplementasikan di satuan pendidikan, tantangan dalam memperkuat pemahaman siswa-siswi terhadap isu lingkungan juga mesti melibatkan banyak pihak. Ini perlu dilakukan supaya, antara sekolah dan kebutuhan masyarakat tentang literasi dan edukasi tentang persoalan lingkungan dapat selaras.


Menanggapi hal tersebut, Kepala SMP Negeri 1 Wonosalam yang juga berpredikat Juara 1 Kepala SMP Berprestasi Tingkat Kabupaten Jombang 2022, Heni Wahyudi, M.Pd. berpendapat bahwa, pembentukan program ekstrakurikuler dan projek kolaboratif dengan pelbagai lini komunitas menjadi salah satu jalan yang dapat ditempuh untuk meringankan beban dan tanggungjawab pelestarian lingkungan.


Heni Wahyudi mengatakan, sebagai langkah awal partisipasi tersebut, sekolah dapat mengembangkan program yang fokus pada lingkungan hidup. Seperti komunitas siswa-siswi yang atau projek kolaboratif untuk menjalankan kegiatan pelestarian lingkungan.


Yuk Baca : Belajar Seni Lewat Gamelan Religi


Mulai dari, penanaman pohon, pembersihan fasilitas umum, membersihkan sungai atau pengelolaan sampah. Melalui partisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan semacam ini, secara tidak langsung kesadaran siswa-siswi dan tanggung jawabnya terhadap lingkungan sekitar akan terbentuk.


“Salah satu ciri satuan pendidikan unggul adalah kemampuannya dalam melakukan kolaborasi dengan lembaga lain dan masyarakat serta memanfaatkan potensi yang ada disekitarnya, seperti potensi tersebut adalah dalam bentuk komunitas. Dalam hal ini, tujuan melestarikan lingkungan juga mesti dikolaborasikan,” tutur pria yang memiliki hobi membaca ini.


Seperti yang diketahui sumber pembelajaran tidak hanya berbasis text book saja namun juga menjadikan lingkungan sebagai sumber pembelajaran, imbuh Heni Wahyudi.  


Heni Wahyudi. 
(Rabithah)

Novelty atau kebaharuan suatu pendidikan dilihat dari kemampuannya dalam memaksimalkan lingkungan sebagai sumber pembelajaran. Inilah yang mendasari pentingnya satuan pendidikan berkolaborasi dengan komunitas yang ada di masyarakat untuk melestarikan lingkungan.


Lebih lanjut, penulis Best Practice berjudul Upaya Meningkatkan Peran SMP Negeri 1 Wonosalam Terhadap Kebersihan Air Sungai Desa Wonosalam  mencontohkan bahwa proyek kolaborasi yang telah terbilang sukses di sekolahnya. 


Yuk Baca : AI Tak Selalu Tepat


Salah satunya melalui program Polisi Air yang dilakukan SMP Negeri 1 Wonosalam bersama Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kelautan dan Perikanan, Perhutani, Kelompok Pengelola Hutan Rakyat Sumber Sejahtera (KPHRSS), PT Cheil Jedang, PT Sampoerna Kayoe, Komunitas Santri Jogo Kali, dan masih banyak lagi.


Pendapat tersebut juga didukung oleh, Muslimin Abdilla yang juga tergabung di Forum Komunitas Hijau, sekaligus pegiat Bike To Work Jombang. Menurutnya, dalam isu lingkungan lembaga pendidikan  harus berkerjasama dengan pihak yang selama ini bergelut untuk menyelesaikan isu-isu atau masalah lingkungan. 


Siswa SMP Negeri 1 Megaluh Saat Bersepeda
Ke Sekolah.
(ist)

“Untuk melakukan kerjasama dalam membangun kesadaran isu lingkungan, sekolah harus melakukan analisis masalah dulu, yang berangkat dari pertanyaan, apa masalah lingkungan di sekolah dan sekitarnya. Setelah itu, baru kemudian ditentukan masalah apa yang akan diselesaikan melalui program atau kegiatan. Penentuan masalah ini juga harus melihat kondisi kesiapan internal sekolah. Mulai dari kekuatan dan kelemahan dalam aturan, sumberdaya manusia, fasilitas dan dana,” terang  Muslimin Abdilla.


Yuk Baca : 100 Tahun Pram : Keberanian dan Tulisannya Abadi


Sementara itu, Direktur Perkumpulan Sanggar Hijau Indonesia (SHI) Kabupaten Jombang, Shanti W Ramadhani, M.Pd. menjabarkan bahwa kolaborasi antara sekolah dan komunitas adalah kunci untuk menjaga kelestarian lingkungan dan membentuk kesadaran lingkungan. Saat sekolah melibatkan komunitas, siswa-siswi tidak hanya belajar teori. Tetapi juga melihat langsung bagaimana tindakan kecil bisa memberi dampak besar.


"Lewat program seperti Si BESUT, pelatihan manajemen pengolahan sampah, membuat Ecobrick, pengelolaan bank sampah, dan pengomposan, telah banyak sekolah dan kelompok masyarakat yang belajar bersama kami untuk belajar mempraktikkan hidup yang lebih ramah lingkungan," ujar Shanti W Ramadhani.


Shanti W Ramadhani.
(ist)

Program-program dalam pemberdayaan yang dilakukan SHI tidak saja mengajarkan keterampilan praktis tentang pengelolaan sampah dan pengurangan plastik. Tetapi juga mendorong pemberdayaan komunitas lokal dengan membuka peluang eco-wirausaha, imbuh Shanti W Ramadhani


Yuk Baca : Perpustakaan Indonesia ada di Peringkat 6 ASEAN


Lewat pendekatan ini, SHI membuktikan bahwa menjaga lingkungan bisa menjadi gerakan bersama yang berdampak nyata, menciptakan generasi muda yang peduli dan masyarakat yang lebih mandiri secara ekologis. Kolaborasi ini bukan hanya soal menjaga lingkungan, tetapi juga menumbuhkan rasa tanggung jawab bersama untuk masa depan bumi yang lebih baik. ■ rabitha maha

Lebih baru Lebih lama